Pada zaman dahulu kala, di sebuah kampung di Tanah Melayu, ada seorang lelaki yang bernama Ujang. Dia menyara ibu dan adik perempuannya dengan mengumpul hasil-hasil hutan. Kadangkala, Ujang akan masuk ke hutan seorang diri, kadangkala bersama dengan ibu serta adiknya. Ujang juga secara part-time menjual majalah Ujang.
Pada suatu hari, sedang mereka bertiga sibuk mencari hasil-hasil hutan, mereka diserang oleh sejenis raksasa yang setinggi pokok durian. Raksasa tersebut tidak menyerupai dinosaur, tapi lebih menyerupai manusia. Cuma agak berbulu, tetapi bulunya tidak pula selebat bigfoot. Jadi, ternampaklah ibu Ujang akan aset raksasa tersebut. Lalu, dengan pantas ibu Ujang menutup mata anak perempuan kesayangannya dengan tangannya.
Raksasa tersebut tiba-tiba mengejar mereka. Mereka berlari menuju ke pinggir hutan untuk masuk ke kampung. Dalam sesi kejar mengejar itu, malang bagi Ujang apabila dia terjatuh akibat tersepak akar pokok apa entah. Lalu, raksasa itu dengan rakusnya menangkap dan memakan Ujang. Ibunya dan adiknya tergamam seketika. Sebelum mati, Ujang sempat menjerit "Jilake punya akar!". Mungkin panas hatinya melihatkan trollface pokok tersebut.
Melihatkan jasad Ujang yang sudah tidak bernyawa, ibu dan adik Ujang meneruskan langkah untuk keluar dari hutan. Agak jauh ditinggalkan raksasa tersebut. Mereka juga tidak sesat mencari jalan keluar, terima kasih kepada GPS Mamago. Namun disebabkan lapar perut yang masih belum tamat, raksasa tersebut meneruskan pengejaran.
Di saat itu, ibu dan adik Ujang sudah sampai ke kampung mereka. Mereka meminta pertolongan orang kampung. "Tolong! Ada raksasa telan Jang!". Orang kampung sudah bersiap siaga dengan senjata. Bila raksasa tersebut masuk ke kampung, dengan bantuan Badang, penduduk kampung beramai-ramai kroyok raksasa itu. Raksasa itu mati di situ. Mereka tidak melepaskan peluang untuk bergambar bersama bangkai raksasa itu untuk dimuat naik ke akaun Firstbook masing-masing.
Kisah itu menjadi perbualan orang kampung dan menggelar raksasa tersebut "Raksasa yang telan jang". Perkataan 'telan jang' itu terus melekat, dan digunakan untuk orang yang menyerupai raksasa itu, yakni orang yang tidak berpakaian.
P/S: Mohon Dewan Bahasa Dan Pustaka tak cari aku.